Erabaru.net. Aku dan suami tinggal di desa, suamiku punya satu adik perempuan. Ibu mertu lebih condong ke adik suamiku.
Sementara itu, adik ipar adalah sosok orang yang ego, suka memperhitungkan untung rugi.
Aku dan dia tidak akrab, dan jarang atau boleh dikata hampir tidak pernah berkomunikasi.
Tidak lama setelah dia menikah, adik iparku tinggal secara terpisah, secara permukaan memang tampak tinggal terpisah, tapi ibu mertua tetap saja ke tempat adik ipar membuat masakan.
lain itu, adik iparku suka mengambil barang-barang ibu mertuaku untuk diberikan pada saudara iparnya.
Adik ipar suka berlaku semena-mena dan keras, ibu mertua juga tampaknya agak segan dengannya.
Ibu mertua juga hanya mau membantu pekerjaan adik iparku.
Saat masa nifas, dingin rasanya hati ini ketika ibu mertua bilang tidak sempat merawat saya karena harus membantu menjaga anak adik iparku.
Sikapku sendiri terhadap ibu mertua juga biasa-biasa saja, tidak terbilang baik juga tidak buruk.
Entah bagaimana aku melewati hari-hari yang menyesakkan dada itu, tiba-tiba saja sekarang anak kami sudah duduk di sekolah dasar, selama itu, ibu mertua tidak pernah membelikan sepotong pakaian pun untuk anakku.
Deda halnya dengan anak adik ipar, ibu mertua selalu memberinya uang jajan setiap beberapa hari, ia selalu mengatakan anak perempuan saya selalu membuly cucunya.
Tapi biarlah putriku juga tidak butuh beberapa keping uang saku itu.
0 comments:
Post a Comment