loading...

Tuesday, 22 August 2017

Aku dipaksa menikah dengan lelaki yang paling hodoh di kampungku dan melarang dia tidur sebilik denganku selama setahun.. Sehinggalah suatu malam dia melakukan perkara ini yang buatkan hatiku..

Di tahun 2007 yang lalu, aku masih adalah seorang gadis yang mengadu nasib di Provinsi Wuhan, China. Saat itu aku memiliki seorang pacar. Suatu hari saat tahun baru Lunar sudah cukup dekat, orangtuaku menelfenku dan memintaku untuk pulang. Aku tidak pernah tahu kalau telefon itu akan menjadi awal dari penderitaanku.

Saat itu yang menelefonku adalah cici tertuaku, katanya, “Papa udah setuju kamu menikah, udah dicariin jodoh, tanggal 23 bulan Lunar kamu bakal nikah.”

Aku kaget, “Siapa ci…”

Ciciku menjawab, “Nanti kamu pulang juga tahu.”

Aku menjawab dengan tegas, “Ci, kalau infonya nggak jelas, aku nggak bakal pulang. Kamu juga tau aku punya pacar!”

Ciciku menjawab dengan dingin, “Putusin pacarmu sekarang juga.”

Akhirnya setelah perdebatan yang panjang, aku tetap tidak memberikan keputusan. Karena takut aku tidak pulang, mamaku pun menysulku, jauh-jauh dari Hunan ke Wuhan. Perjalanan itu bukan perjalanan yang mudah dan mamaku datang seorang diri.

Setelah itu mama mengajakku untuk pulang ke rumah kami di desa. Setelah duduk diatas kereta selama 6 jam dan melalui perjalanan yang jauh selama berjam-jam, tibalah kami di rumah. Saat aku pulang, aku mendapat uang sebesar 20.000 Yuan di atas mejaku.

Aku tahu, aku sudah dibeli dengan uang. Mamaku menjelaskan, “Kamu juga tahu, kamu masih punya adik kecil. Mama papa udah tua, bahkan ke sawah pun udah nggak sanggup dan harus dibantu orang. Cici kamu menikah ke luar kota, kami berharap kamu bisa menikah dan tinggal di desa bersama kami…”

Aku menangis dengan keras setelah tahu pasangan hidupku, “Aku nggak suka sama sekali sama Kelvin!” Kelvin bukanlah seorang pria yang diidamkan oleh para wanita. Dia lebih tua 5 tahun dariku, tinggi badan sangat tidak ideal, 160 cm pun ngga sampai, sering gosip, dan wajahnya juga bukan wajah pria idaman. Semua yang kulihat dari dirinya cuma segala sesuatu yang buruk. Aku tidak mengerti wanita mana yang akan suka dengan pria macam ini.

Mendengar semua kata-kataku dan aku yang tetap bersikeras tidak mau, mamaku terlihat kecewa. Akhirnya waktu aku berisap-siap untuk tidur, aku mendengar teriakan keras dari kamar papaku. Aku panik dan langsung membuka pintu, dan melihat mamaku mencoba untuk bunuh diri dan sudah sekarat.

Aku langsung menelefon ambulans dan melarikan mama ke rumah sakit. Melihat keadaan mama seperti ini, aku tidak lagi bisa berkata tidak. Mama berhasil diselamatkan dan selama 3 hari mama rawat inap di rumah sakit, aku terus menemani mama tanpa bersuara.

Akhirnya tibalah tanggal dimana aku ditetapkan untuk menikah, dan aku tidak bisa punya pilihan lain selain berkata iya dan membunuh perasaanku…

Malam itu, aku langsung masuk ke kamar dengan cepat, kemudian mengunci kamar, menghalangi pintu dengan segala sesuatu yang ada di kamar itu. Kelvin sempat mengetuk pintu dan bertanya, “Vania, kamu sudah tidur?”

Aku cuma bisa menggigiti bibirku dan menangis… Air mata mengalir dari pipiku, sampai ke jariku, mengalir sampai ke kaki…

Keesokan paginya, aku bangun dan membuka pintu kamar, aku menemukan Kelvin sedang tidur beralaskan lantai dan selembar selimut di cuaca yang cukup dingin.

Begitu melihatku, dia langsung bangun dan berkata, “Ah, kamu lapar? Sebentar ya saya buatkan roti.” Aku duduk di sofa tanpa berkata-kata, melihat apa yang dia lakukan. Aku memikirkan kehidupanku nanti yang tidak akan pernah terpisah dengannya.

Air mataku kemudian mengalir lagi. Melihatku nangis, Kelvin mendekatiku, “Maaf, aku salah ngomong ya? Atau aku udah nyakitin perasaan kamu? Atau mungkin aku salah melakukan sesuatu?” Dia kemudian mengeluarkan sebatang kayu, “Atau kamu boleh pukul aku dengan ini. Waktu kecil kalau aku nakal aku selalu dipukul pakai ini.”

Setelah capek menangis, aku bertanya, “Kamu tidur di lantai, nggak dingin?” Sambil menggigit roti yang ada di depanku.

“Nggak lah. Udah biasa. Orang lain malah ada yang harus tidur diatas tanah.”

Mendengar itu hatiku mulai merasa kasihan. Sebenarnya orang ini tidak bodoh. Tapi dia sudah berumur 33 tahun, masih belum menikah juga. Selain tampang, sebenarnya orangnya cukup baik. Papa mamanya bahkan menyerah dengannya karena sudah setua itu dia masih belum menikah. Hidup sendiri dalam waktu lama tampaknya bukan hal yang cukup mudah juga.

Aku bertanya, “Kamu, ngomong apa ke mamaku sampai dia rela untuk menikahkanku denganmu?”

Kelvin berkata, “Nggak ngomong apa-apa, mamamu cuma tanya, “Kamu rela nggak jaga anak cowokku ini yang cacat?” dan aku mengangguk.”

Mendengar semua itu, aku mulai membuka pintu kamar, tapi kami tetap setuju untuk tidak tidur seranjang dulu.

Waktu pun berlalu dan kami tetap tidak melangkah kemanapun. Akhirnya musim gugur pun tiba dan suatu hari, mamaku datang mengunjungi kami. Mama bertanya padaku, “Kamu udah nikah selama itu, setauku dia juga nggak mandul, kamu kok masih belum hamil?” Aku menjawab, “Pelan-pelan aja ma.” Mamaku bertanya lagi, “Mau diperiksa ke dokter?” Aku menolak…

Sesampainya di rumah, aku sempat membayangkan apa yang akan terjadi kalau kami tidur sekasur. Tapi mengingat giginya yang kuning, keraguanku mulai muncul lagi…

Akhirnya setelah setahun, musim dingin pun tiba. Cuaca yang dingin membuatku malas keluar kamar dan seharian itu aku hanya bersantai dibalik selimut tebalku sembari menonton TV. Makanan dan pekerjaan rumah dikerjakan sesekali oleh Kelvin.

Sampai malam, salju berhenti turun dan Kelvin tiba-tiba berkata padaku, “Van, keluar yuk. Aku mau kasih liat sesuatu.”
“Ngapain? Aku males keluar…”

Tapi akhirnya aku pun mengumpulkan tenaga untuk keluar bersamanya. sampai di suatu tempat, dia memintaku menutup mata. “Jangan dibuka sampai 3 ya.”

Aku bertanya, “Kamu mau ngapain lagi sih…”

Dia kemudian menjawab, “Satu… Dua… Tiga! Coba liat di depan kamu ada apa?”

Aku melihat ada 13 buah boneka salju yang bersyalkan syal merah. Salju yang tebal itu berubah menjadi boneka salju yang lucu. Di atas boneka salju itu ada beberapa tulisan yang kalau diartikan kira-kira menjadi, “Vania, aku sayang kamu, aku mau menemani kamu hidup selamanya.”

Aku memandang Kelvin dan berkata, “Kamu ngapain kayak gini… Aku ga paham.” Walaupun di mataku jelas terlihat ada air mata haru yang menetes.

Kelvin berkata, “Aku nggak pernah ke kota, nggak pernah belajar, aku juga nggak tahu orang-orang yang romantis itu kok bisa begitu. Aku coba, tapi selalu ga berhasil. Cara-cara di TV aku coba supaya kamu bisa senang.

Tapi waktu di musim panas aku coba pakai layangan, kamu tetep nggak mau lihat. Di musim semi aku rangkai bunga, walaupun jelek sih, tapi kamu juga nggak mau peduli. Akhirnya… Aku pakai cara ini. Orang-orang di TV itu begini…”

Aku langsung menangis, “Kamu jangan ngomong lagi…” Aku jongkok sambil menangis, boneka-boneka salju itu tanda kalau dia sayang padaku. Kami pun pulang tanpa berbicara. Kemudian aku melihat layangan yang dia maksud, masih ada di kamarku.

Aku meninggalkan sebuah pesan, “Diperbaiki ya. Nanti waktu musim semi, bunga-bunga itu mekar, kamu nggak usah terbangin layangan ini sendiri. Kita terbangin bareng-bareng.

Kelvin menangis, dia berkata, “Aku langsung perbaikin sekarang…”

Aku tertawa berkata, “Udah jangan bodoh. Tidur aja yuk.”

Malam itu, kami tidur sekasur, dan sepanjang setahun, kami sama-sama berjuang untuk memperbaiki hidup kami, kami berjuang untuk memperbaiki hubungan kami.

Akhirnya beberapa tahun ke depan, kami sama-sama berusaha untuk melakukan sesuatu bagi keluarga kecil kami. Aku belajar menjahit dan Kelvin belajar desain interior. 2 tahun setelah aku selesai belajar, aku hamil. Tahun berikutnya, aku melahirkan anak pertama kami, seorang anak laki-laki yang sehat dan tahun berikutnya lagi, aku hamil anak kedua.

Sekarang ini hidup kami sangat bahagia. Awalnya mungkin sulit. Aku sulit menerima dia apa adanya. Tapi seiring dengan waktu, kalau kita berusaha, cinta itu tetap akan ada di antara kita. Sekarang kami masih terus berjuang untuk menjadi orang yang lebih baik lagi dan kami akan terus berusaha.

sumber

0 comments:

Post a Comment

loading...